PRAKTEK
DESTILASI CAMPURAN BINER ETANOL-AIR
I.
Tujuan
Praktikum:
Setelah
melakukan percobaan destilasi campuran biner etanol-air, mahasiswa diharapkan
dapat:
1.
Mengoperasikan
(start up, mengendalikan dan shutdown)
unit destilasi skala pilot plant secara benar dan aman.
2.
Mengoperasikan sistem pengendali
temperatur air pendingin keluar dari kondenser.
3.
Mengoperasikan sistem pengendali laju
steam pemanas pada reboiler.
4.
Mengendalikan secara manual bagian
pengumpanan dan preheater.
5.
Mengendalikan secara manual bagian
refluks.
6.
Mengamati atau mengukur kwalitas produk
destilat yang dihasilkan.
7.
Menjelaskan prinsip kerja alat utama dan
alat instrument yang digunakan pada unit distilasi.
II. Dasar
Teori
Destilasi
adalah metoda untuk pemisahan suatu campuran homogen yang berdasarkan pada perbedaan
titik didih komponen-komponen yang ada di dalam campuran. Jika suatu campuran ideal
dipanaskan maka komponen yang mempunyai titik didih lebih rendah akan menguap
terlebih dahulu dibandingkan yang titik didih lebih besar, sehingga komponen
zat volatile akan terdistribusi pada fasa uap lebih besar dari pada didalam
fasa cairannya.
Berdasarkan
Hukum Raoults dan Hukum Dalton, komposisi zat volatile didalam fasa uapnya akan
lebih banyak dibandingkan pada fasa cairnya, tergantung pada harga sifat
volatilitas relative (αAB) suatu komponen terhadap komponen
lain.
Hubungan
kesetimbangan campuran biner system Etanol (A) – Air (B) pada kondisi tekanan
total PT = 101,32 kPa dan temperature standar, campuran Etanol-Air
tergolong pada campuran tidak ideal karena sedikit tidak mengikuti hokum hukum
Raoult, dimana:
(2.1) → Hukum Raoult
(2.2) → Hukum Dalton
Gambar 2.1 Tray dan
bahagian-bahagiannya
Pada
kolom distilasi fraksinasi terdapat tray dimana pada tray ini terjadi kontak
antara aliran uap dari bawah (dari reboiler) dengan cairan yang turun dari atas
(dari refluks). Peristiwa kontak ini mengakibatkan terjadi perpindahan massa
dari zat non volatile pada fasa uap ke fasa cair atau sebaliknya perpindahan
zat volatile dari fasa cair ke fasa uap pada setiap tray.
3.1.
Diagram Titik Didih
Diagram
titik didih adalah diagram yang menggabarkan titik didih dan titik embun yang
membentuk kurva pada fraksimol tertentu. Kurva titik didih adalah kurva yang
menggambarkan hubungan temperatur pada suatu campuran cairan jenuh yang
setimbang dengan campuran uap jenuh diatasnya.
Cairan
jenuh adalah cairan yang sedang mendidih pada tekanan tertentu. Sedangkan uap
jenuh adalah uap yang menjelang atau sedang mengembun. Fraksimol zat volatile A
pada fasa cair dinyatakan dengan xA dan fraksimole zat volatile pada fasa uap
dinyatakan dengan yA. Selanjutnya data xA, yA dan Temperatur didih (Tabel
A.3-23) dapat diplotkan/ digambarkan membentuk garis atau kurva masing-masing
disebut dengan kurva titik didih dan kurva titik embun seperti Gambar 1.1 yang
disebut dengan Diagram Titik Didih.
Gambar 2.2 Diagram Titik Didih Etanol Air.
3.2 Diagram Kesetimbangan (XY)
Diagram
kesetimbangan adalah diagram yang mengggambarkan kurva kesetimbangan. Kurva
kesetimbangan adalah kurva yang menggambarkan hubungan kesetimbangan antara
fraksimol komponen volatile yang terdapat didalam fasa cair (xA)
dengan fraksimol komponen volatile yang terdapat didalam fasa gas (yA)
pada tekanan dan temperature standar atau kondisi tertentu. Data
kesetimbangan x-y campuran sistem Etanol–Air dapat dilihat pada Lampiran 1
Tabel A.3-23. Diagram kesetimbangan xy berikut dapat digambarkan dengan
memplotkan data xA dan data yA yang dari Table A.3.23.
Gambar
2.3 Diagram Kesetimbangan Uap dan Cairan Campuran Etanol-Air
1.3.1. Volatilitas
Relatif
Pada
campuran biner yang mengandung komponen A dan B perbandingan sifat mudah
menguap kedua komponen adalah perbandingan yA terhadap yB atau
sama dengan:
Karena: xA + xB = 1 dan
yA + yB = 1
atau
atau
=1
Dan: yB = 1- yA xB = 1 - xA
Maka:
= sifat lebih mudah menguap
relative komponen A terhadap B.
(2.3)
Persamaan
ini menggambarkan profil konsentrasi komponen A yang dapat digambarkan di dalam
diagram yA versus xA, kurva ini disebut dengan kurva
kesetimbangan karena distribusi konsentrasi komponen-komponen tersebut terjadi
dalam keadaan kesetimbangan.
3.4
Titik Azeotrop
Titik
azeotrop adalah titik dimana komposisi zat volatile didalam fasa uap dan fasa
cair yang kontak dan mengalami kesetimbangan mempunyai konsentrasi sama (x = y)
atau α = 1.
Gambar
2.4 Titik Azeotrop
3.5. Kondisi Umpan
Kondisi
aliran umpan (F) yang masuk ke dalam menara akan mempengaruhi massa aliran Vm
pada bagian stripping, menjadi Vn pada bagian enriching, dan massa aliran Ln
menjadi Lm. Jika umpan terdiri dari campuran uap dan cairan, maka uapnya akan
memperbanyak aliran Vm menjadi Vn. Demikian juga cairannya akan aliran cairan
dari bagian enriching.
Kondisi
aliran umpan dinyatakan dalam besaran q, dimana besaran ini didefinisikan
sebagai:
(2.4)
Atau dapat ditulis
dalam bentuk entalpi:
(2.5)
Dimana:
Hv
= entalpi umpan pada titik embun
HL
= entalpi umpan pada titik didih
HF
= entalpi umpan pada kondisi umpan masuk.
Jika umpan masuk
kondisi titik didih, maka q = 1 (karena pembilang dan penyebut pada persamaan
di atas sama).
Jika umpan masuk
kondisi uap dan pada titik embun maka q = 0.
Jika umpan masuk
kondisi dingin, maka q > 1.
Jika umpan masuk
kondisi uap superheated, maka q < 0.
Jika umpan masuk
kondisi sebagian uap dan sebagian cair, maka q sama dengan fraksi cairan pada
umpan.
Hubungan
antara kondisi umpan dengan aliran cairan yang turun ke bawah pada plat umpan
dan aliran uap yang naik dari plat umpan dapat digambarkan pada diagram sebagai
berikut: Jika kondisi umpan sebagian uap
dan sebagian cairan, maka q sama dengan fraksi cairan di dalam umpan.
Gambar
2.5 Aliran sebelum dan sesudah plate umpan
Dari
gambar 2.5 diagram di atas dapat dirumuskan persamaan neraca aliran sebagai
berikut:
Lm = Ln + q.F → qF = Lm –
Ln
Vn = Vm + ( 1- q)F → (1- q)F = Vn – Vm
Pada plate umpan terjadi
pertemuan tiga aliran yaitu:
a.
Aliran Umpan, (F)
b.
Aliran Uap dari kolom bagian stripping,
(Vm)
c.
Aliran cairan dari kolom bagian
enriching, (Ln).
Oleh
karenanya garis operasi enriching dan garis operasi stripping juga akan bertemu
atau saling berpotongan pada titik ordinat (x,y) yang sama. Sehingga:
Vm.y
= Lm.x- W.xW. persamaan garis
operasi stripping
Vn.
y = Ln.x + D.xD persamaan garis operasi enriching
(Vm
– Vn) y = (Lm – Ln).x – (D.x + W.xW)
Ganti: Vn = Vm + (1- q)F.
Lm = Ln + qF
F.xF = D.xD + W.xW
Sehingga menjadi:
–
.
(2.6)
Persamaan
ini disebut dengan persamaan garis q atau persamaan garis umpan, garis ini
melalui titik ordinat (x,y) yang dimiliki bersama oleh kedua garis operasi (stripping
dan enriching) atau dengan kata lain
ketiga garis melalui titik ordinat (x,y) yang sama. Perpotongan garis umpan
dengan garis 45o (garis x = y) yaitu pada y =x = xF, dimana xF
adalah komposisi zat volatile di dalam umpan.
Posisi
garis umpan sesuai kondisi umpan yang telah disebutkan sebelumnya dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar
2.6 Posisi Garis Umpan, Garis Operasi Atas dan Bawah.
3.6. Refluks Total (Refluks Maksimum)
Refluks
adalah sejumlah aliran cairan (L) yang dikembalikan ke dalam kolom, aliran ini
bertujuan untuk meningkatkan kemurnian komponen volatile di dalam produk atas
yang disebut destilat.
Diketahui
bahwa garis operasi atas posisinya tergantung pada penetapan perbandingan
refluks (R), dimana R = Ln/D. Satu harga batas perbandingan refluks adalah
perbandingan refluks total atau Rtotal = Ln/D, dimana Ln sangat
besar dan D = mendekati 0 atau D = 0. Sehingga:
R = Ln/0 = ∞, dan kemiringan garis operasi atas atau enriching menjadi:
R/(R+1)
= ∞/(∞+1) = ∞/∞
3.7. Refluks Minimum (Rm).
Perbandingan refluks minimal
disingkat dengan Rm, yaitu perbandingan refluks yang menyebabkan kolom tray tak
terbatas untuk menghasilkan konsentrasi xD dan xW tertentu. Keadaan ini menyebabkan aliran uap menjadi
minimum di dalam tower sehingga menyebabkan kebutuhan ukuran condenser dan
reboiler menjadi minimum. Pada kasus minimum refluks seperti yang digambarkan
pada gambar berikut, jika R dikurangi (refluksnya diminimalkan) menyebabkan
slope garis enriching R/(R+1) menjadi berkurang atau mendekati nol. Sehingga
titik perpotongan ketiga garis (garis operasi enriching, garis operasi
stripping dan garis umpan) semakin menjauhi diagonal x = y atau garis 45o
dan berakhir digaris kesetimbangan. Ini mengakibatkan step/tangga jumlah tray
semakin bertambah, dan bahkan tak terbatas untuk harga xD dan xW
yang tetap. Pada kondisi seperti ini terjadi perpotongan salah satu garis
operasi dengan garis kesetimbangan maka titik tersebut disebut dengan pinch
point (titik terjepit) juga menyebabkan jumlah tray tak terbatas. Sehingga
slope garis enriching pada kondisi refluks minimum adalah:
dan bila
harga y’ dan x’ dari gambar kemudian disubsitusikan dan akan diperoleh Rm.
Gambar
2.7 Kondisi Refluk Minimum α
3.8. Refluks Optimum
Pada
kasus refluks total, maka jumlah plat adalah menjadi minimum, tetapi ukuran
diameter menara tak terbatas, kalau dihubungkan dengan biaya maka biayanya tak
terbatas juga untuk menara, jumlah steam dan cooling tower (menara pendingin),
sedangkan untuk kasus minimum refluks, maka jumlah tray atau platenya tak
terbatas dan menyebabkan biaya yang tak terbatas juga, karena kolom atau menara
tinggi tak terbatas. Pada operasi refluks nyata digunakan diantara kedua
batasan ini (yaitu antara refluks maksimum/total refluks dan refluks minimum).
Untuk memilih harga perbandingan refluks yang sesuai sangat berkaitan dengan
neraca ekonomi dalam bentuk biaya tetap dan biaya operasional. Refluks optimal
digunakan berdasarkan total biaya pertahun yang terendah antara refluk
maksimum/total refluks dan refluks minimum. Biasanya refluks optimum berkisar
berkisar antara 1,2 Rm -1,5 Rm.
III. PETUNJUK
KESELAMAN KERJA
Untuk menghindari terjadinya
kecelakaan kerja maka perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Gunakan
perlengkapan keselamatan kerja selama bekerja.
2. Gunakan
kaca mata pada saat menuang etanol ke dalam tangki pencampuran.
3. Gunakan
sarung tangan atau kain pada saat membuka/menutup keran steam.
4. Segera
bersihkan bila ada cairan yang tumpah ke lantai untuk menghindari terpeleset.
5. Berhati-hati
bila memanjat dan hindari membawa barang-barang berat yang mudah jatuh.
6. Bacalah
petunjuk praktikum (jobsheet) dengan seksama sebelum melakukan percobaan.
III.
PROSEDUR
PERCOBAAN: (Ikuti dengan seksama)
Langkah 1. Mempersiapkan bahan campuran yang akan didestilasi.
1. Persiapkan bahan
umpan sesuai lembaran tugas dan masukkan ke dalam tanki umpan (SU), dan
dialirkan ke dalam tanki bottom (SB) sebanyak sekitar 20% untuk mengawali
proses pemanasan pada Reboiler atau ketinggian level pada tanki bottom ± 5 cm
dari dasar tanki.
2. Ambil sampel
awal umpan dan cek konsentrasi awal
etanol di dalam umpan pada tanki (SU).
Langkah 2. Mengecek kesiapan alat destilasi dan
perangkat pengendali.
1. Buka semua katup air pendingin
dan pastikan unit cooling tower telah berfungsi dengan baik.
2. Tutup semua katup aliran buangan
(draine) tanki umpan (SU), tanki bottom (SB) dan tanki penampung distilat.
3. Membuka semua katup
aliran umpan (melalui plat ke berapa ? lihat
lembaran tugas).
4. Membuka katup
untuk posisi operasi refluks maksimum.
5. Membuka katup udara tekan
menuju ke Panel Box Utama, dan pastikan udara mengalir dengan baik, untuk
mensuplai udara penggerak instrument pengendali.
6. Putar Switch Power
Utama ke angka 1 (on), untuk mensuplay daya ke sistem panel
dan unit distilasi.
7.
Putar
Switch Kontrol Instrument ke angka 1 (on) untuk mengaktipkan Instrument
Sensor dan Unit Kontrol.
Langkah 3. Mengatur (setting) laju alir air pendingin dengan
cara mengatur atau mengendalikan bukaan Valve Pheunematik (VP1) secara otomatis yang dihubungkan
dengan unit kendali temperature (TRC) air keluar, dengan cara memasukkan setting temperature air pendingin yang
keluar dari kondenser sebagai berikut:
1. Dengan
memperhatikan Gambar 10, tekan tombol 8 hingga lampu 9.1 warna hijau SP-W menyala.
2. Tekan
tombol kunci 13 hingga lampu 14 disebelahnya menyala.
3. Ubah
angka setting temperature dengan menekan tombol 12.1. atau 12.2.
4. Tekan
tombol 8 kembali sehingga lampu merah (9.2) PV-X menyala, untuk memerintahkan
Panel Kendali Temperatur Air Pendingin (TRC3) aktif.
5. Tekan
tombol 13 kembali sehingga lampu 14 tidak menyala untuk mengunci angka setting.
Langkah 4. Mengatur (setting) laju alir steam pemanas reboiler
dengan cara mengatur atau mengendalikan bukaan valve pheunematik (VP2) secara otomatis yang
dihubungkan dengan unit kendali ∆PRC yang mengendalikan perbedaan tekanan di
menara bagian atas dan menara bagian bawah dengan cara memasukkan setting
selisih tekanan (∆P) dengan cara sebagai berikut:
1.
Buka
katup manual steam ke reboiler terlebih dahulu sebesar
25%. (gunakan sarung tangan tahan panas).
2.
Dengan memperhatikan Gambar 10, tekan
tombol 8 hingga lampu 9.1 warna hijau
SP-W menyala.
3.
Tekan tombol kunci 13 hingga lampu 14
disebelahnya menyala.
4.
Ubah angka setting beda/ selisih tekanan dengan menekan tombol 12.1. atau
12.2, sesuai lembaran tugas.
5.
Tekan tombol 8 kembali sehingga lampu
merah (9.2) PV-X menyala, untuk memerintahkan panel kendali beda tekanan (∆PRC)
aktif mengendalikan sesai dengan angka setting.
6. Tekan
tombol 13 kembali sehingga lampu 14 tidak menyala untuk mengunci angka setting yang sudah dimasukkan.
Langkah 5. Menjalankan start up operasi distilasi dan
mengendalikan jalannya proses
1. Start pompa P2
untuk mengalirkan umpan, dan pertahankan
laju alir umpan konstan sesuai lembaran tugas, dengan mengatur secara manual
katup umpan.
2. Atur
secara manual bukaan valve steam
preheater untuk memanaskan umpan jika diperlukan sesuai dengan
kondisi umpan yang ditugaskan. (gunakan
sarung tangan tahan panas)
3. Start pompa P3
sirkulasi reboiler dan pertahankan
laju alirnya konstan sesuai lembaran tugas, dengan mengatur bukaan katup
sirkulasi reboiler.
Langkah 6. Mengendalikan
jalannya operasi pemisahan baik manual maupun kendali otomatis, mengecek
kwalitas bahan baku/umpan, produk distilat dan produk bottom.
1.
Pengambil
Sampel distilat dan bottom
produk mulai pada saat pertama terbentuknya destilat dan diulangi setiap 10
menit sekaligus mencatat semua kondisi: temperature, tekanan dan laju alir pada
alat instrument yang ada, sampai operasi diputuskan untuk shut down.
2.
Hidupkan
Pompa P1, jika level
destilat di dalam tanki penampung mencapai 20%.
3. Buka katup aliran refluks
dan katup aliran distilat sesuai dengan kondisi refluks optimum.
4. Pertahankan atau kendalikan
kondisi proses selama operasi berlangsung.
Langkah
7. Menghentikan proses destilasi atau Shut
Down.
1. Tutup katup manual aliran steam
ke Preheater dan ke Reboiler.
2. Tutup katup aliran refluks
dan buka full aliran ke produk destilat.
3. Shut
down
pompa
P2
4. Shut
down pompa P3
5. Keluarkan produk bawah
melalui aliran pendingin ke dalam jiregen penyimpanan.
6. Shut
down
pompa P1 setelah destilat di dalam tanki
distilat berada pada batas minimum.
7. Masukkan
produk destilat ke dalam jiregen yang dapat ditutup rapat.
8. Putar Switch Kontrol
ke arah 0 (nol) untuk menonaktifkan instrument kendali dan sensor.
9. Putar Switch Power Utama
ke posisi 0 (nol).
Langkah
8. Akhir
1.
Mengumpulkan data dari anggota group.
2. Merapikan
dan membersihkan tempat kerja.
V. BAHAN DAN ALAT
Alat-alat
yang digunakan :
- Unit Destilasi Fraksinasi Pilot Plant.
- Hydrometer < 1000.
- SG Meter digital
Bahan
Yang Digunakan :
- Etanol teknis 30 liter
- Air (aquades) 70 liter
PERTANYAAN:
1.
Apa prinsip dasar pemisahan secara destilasi?
2.
Berapakah titik didih
larutan campuran etanol 30%?
3.
Tuliskan
bagaimana persamaan garis operasi atas (enriching), berapa harga slopenya?
4.
Ada
berapa macam kondisi umpan dan nyatakan dalam besaran q, sebutkan?
5.
Apa
yang dimaksud dengan relfuks, refluks minimum, refluks maksimum dan refluk
optimum?
6.
Apa
yang dimaksud dengan simbul berikut ini: TI, TR, TRC, FI, P, PR, ∆PIC, LI,
LICA?
7.
Bagaimana
prinsip kerja sensor temperatur atau termokopel?
8.
Apa
fungsi valve pheunematik?
9.
Apa
fungsi boiler dan reboiler?
10.
Apa
fungsi kondenser, cooler, preheater?
11.
Bagaimana
prosedur analisa kadar etanol?
TUGAS SEBELUM RESPON:
1.
Sebelum respon buat laporan
semestara dengan menggunakan tulisan tangan, ballpoint warna biru.
2.
Buat diagram titik didih campuran
etanol-air pada kertas milimeter ukuran 10 x 10 cm dengan menggunakan pensil.
3.
Buat diagram kesetimbangan (xy) campuran etanol-air pada
kertas milimeter ukuran 10 x 10 cm dengan menggunakan pensil.
4.
Gambarkan flowsheet proses
menggunakan kertas isometrik.
VI. DAFTAR PUSTAKA
1. Geankoplis
JC, Transport Processes and Unit Operattions, The Ohio State Univercity
Scond Editions, 1983.
2. Anantharaman,
N., Meera Sheriffa Begum K.M, Element Of Mass Transfer, Part 1, Prentice
Hall Of India, 2005.
3. McCabe
and Theile, Unit Operations Of Chemical Engineering, Fifth Editions,
McGraw-Hill International, 1993.
LAMPIRAN
1. FLOWSHEET
Gambar 2.7 Flowsheet Keseluruhan Distilasi Fraksinasi
Pilot Plant
Gambar 2.8
Sistem Pengendalian Pengumpanan dan Sistem Sirkulasi Reboiler.
Gambar 2.9
Sistem Pengendalian Manual Aliran Manual
Gambar 2.10
Panel Kontrol Temperatur Air Pendingin (TRC) atau Panel Pengendali Steam
Pemanas (∆PRC).
LAMPIRAN
3. LEMBAR TUGAS
Nama percobaan : Distilasi
Fraksinasi Campuran Biner Etanol - Air
Group/ Kelompok :
Nama dan Nomor mahasiswa :
1.
................................
..................................
5. ................................
.....................
2.
................................
..................................
6. ................................
.....................
3.
................................
..................................
7. ................................
.....................
4.
................................ .................................. 8. ................................ .....................
KONDISI OPERASI
1. Kondisi Umpan Masuk
Kolom pada: (pilih dan lingkari no. di depannya)
a).
Temperatur (Tf) : ..... oC; b). Titik didih: .......
oC;
c).
Uap Jenuh d). Campuran Uap– Cairan .....
2.
Konsentrasi etanol dlm. umpan(xf): .......... % (cek sampel
dgn. mengukur SG.)
3.
Laju Alir (F) :
............... liter/Jam =
............ kg/jam.
4. Laju Alir Reboiler : liter/jam = kg/jam
5.
Temperatur air pendingin keluar, Setting Point
TRC3: ....... oC, di atas temperatur air pendingin masuk.
6. Laju alir steam pemanas
reboiler, Setting Point ∆PIC:
............ bar.
7.
Perband. Refluks
Optimum(L/D)opt.: 1,2Rm; 1,25Rm; 1,3Rm; 1,35Rm; 1,4Rm;
1,45Rm; 1,5Rm (pillih, berikan tanda lingkaran).
D = 60
Liter jam, L = ..... Liter per jam
TUGAS-TUGAS
1.
Catat semua kondisi
operasi; Temperatur, Tekanan, Laju alir, dan berapa konsentrasi distilat dan
bottom produk setiap waktu tertentu.
2.
Berapa titik didih
campuran umpan.
3.
Hitung berapa
kebutuhan steam pemanas pada preheater.
4.
Hitung berapa
kebutuhan steam pada reboiler.
5.
Gambarkan kurva
kesetimbangan (xy), persamaan garis enriching, stripping, garis umpan dan
titik–titik kesetimbangan di sepanjang kolom pada kondisi operasi sesuai
lembaran tugas untuk xD terbaik.
6.
Gambarkan flowsheet
proses menggunakan kertas isometrik.
Lhokseumawe, 2012
Dosen
Pembimbing,
Ir.
Pardi, MT.
NIP.19600301
198902 1002
LAMPIRAN 4.
TABEL PENGAMBILAN DATA
No
|
Waktu
(Menit)
|
Laju Alir (l/jam)
|
Kondisi Temperatur &
Tekanan
|
Konsentrasi hasil uji (%)
|
||||||||||
F
|
D
|
W
|
L
|
S
|
TR1
|
..
|
..
|
...
|
PR
|
..
|
xD
|
xW
|
||
1
|
5
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
10
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
15
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
20
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
30
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
40
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
50
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8
|
60
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
9
|
70
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
10
|
80
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
LAMPIRAN 5.
DATA SISTEM CAMPURAN ETANOL – AIR
asek,,, blog lu gan..
BalasHapustapi sayang nggak lengkap..
tengkyu TIO
asek,,, blog lu gan..
BalasHapustapi sayang nggak lengkap..
tengkyu TIO
iya gan maaf,
BalasHapussemoga dengan blog ini bisa membantu orang lain gan.
nanti coba kita edit laagi lebih lengkap